Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

Saat Ini Kurikulum Pendidikan Terlalu Banyak

Gambar
Banyaknya kurikulum pendidikan nasional diduga menjadi sebab minimnya penanaman nilai moral positif bagi anak dan remaja. Banyaknya tugas kurikulum membuat beberapa anak menjadi fobia untuk sekolah. Mereka menggunakan berbagai alasan dan tidak sempat lagi bagi orangtua dan guru menanamkan nilai-nilai. Ini merupakan hasil akhir dari seminar psikologi bertema Peran Pendidik, Psikolog, dan Orangtua dalam Penanaman Nilai-Nilai bagi Anak dan Remaja. Seminar nasional ini diselenggarakan di aula kampus Jl Raya Kaligawe Km 4 oleh Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Sabtu (21/5). Dr Seto Mulyadi, Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak menyebutkan banyaknya salah pengertian di kalangan orangtua saat ini. Anak yang pintar adalah anak yang jago matematika, menari, menggambar, atau menulis. Setiap anak berbeda-beda dan harus kita hargai bakat dan minat mereka terhadap sesuatu. Hal ini diperparah dengan pengaruh globalisas

Dukung Pendidikan Lingkungan Usia Dini

Gambar
Pendidikan lingkungan usia dini sudah seharusnya kita dukung. Diharapkan para guru dan pendidik semakin bersemangat untuk melahirkan anak bangsa yang menyadari arti pentingnya pemeliharaan dan perlindungan lingkungan. Hal itu disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam acara peringatan hari lingkungan hidup internasional. Dalam acara ini presiden memuji pada guru sekolah dasar hingga menengah atas yang berjuang untuk mengajarkan pendidikan lingkungan pada siswa mereka. Presiden juga menambahkan, masa keemasan anak merupakan masa yang tepat untuk membangun sikap dan perilaku mereka, terutama ketika beranjak usia 12 tahun. Dalam acara tersebut, presiden juga mengumumkan penghargaan bagi sekolah yang melakukan pendidikan lingkungan. Untuk kategori sekolah dasar diterima oleh SDN 001 Lima Puluh Pekanbaru, Riau, SDN 005 Bukit Raya Pekanbaru Riau, SDN 9 Bantarjati Bogor Jabar, SDN 12 Benhil Bendungan Hilir Jakarta, , SDN Dinoyo III Malang, Jatim, SDN

65 Persen Anak Indonesia Belum Akses PAUD

Gambar
Tidak semua anak di Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam akses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Hanya 35 persen saja yang sudah mendapatkan pelayanan PAUD. Jumlah ini sekitar 10.150.000 dari 29 juta anak di seluruh Indonesia. Sedangkan 65 persen sisanya atau 18.850.000 anak belum memiliki kesempatan mengakses layanan PAUD. Hal ini disampaiakan oleh Prof Dr Lydia Freyani Hawadi Psi, Dirjen PAUDNI Kemendiknas pada saat kunjungan kerja di Kabupaten Purworejo, Selasa (10/4). Ia bersama dengan Dr Nugaan Yulia Wardani Siregar Psi Direktur Pembinaan PTK-PAUDNI, Dr Erman Syamsuddin Direktur Pembinaan PAUD, Drs Zulkifli Akbar Psi MSi Asdep Kepanduan, dan Dr Ade Kusmiadi MPd Kapus P2NFI Semarang. Lydia mengungkapkan bahwa pihak pemerintah memiliki kemampuan yang sangat terbatas, sehingga penyelenggaraan PAUD sebisa mungkin bukan hanya menjadi tanggung jawab dan tugas pemerintah. Ia berharap kepedulian pihak swasta ikut serta dalam penyelenggaraan PAUD di lingkungan masyar

Sering SMS di Kelas, Pengaruhi Hasil Belajar Mahasiswa

Gambar
Mahasiswa yang sering mengirim dan menerima SMS ( Short Message Service ) selama di kelas, memiliki kesulitan untuk tetap memperhatikan pelajaran dan akibatnya berisiko mendapatkan hasil yang buruk dalam mata kuliah. Hal ini merupakan hasil penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal Communication Education, 4 April 2012. “Kita melakukan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa, mahasiswa yang memiliki telepon genggam cenderung terbiasa melakukan pengiriman SMS selama kuliah berlangsung.” kata peneliti dalam studi ini, Fang-Yi Flora Wei, Phd. “Kirim dan terima SMS saat mata kuliah berlangsung membuat perhatian mahasiswa terganggu dan mengakibatkan fungsi kognisi dalam belajar tidak efekif,” tambahnya yang juga profesor di Universitas Pittsburgh, Bradford. Penelitian ini dilakukan pada sejumlah mahasiswa di Universitas Pittsburgh dengan mengisi kuesioner anonim pada akhir semester. Mahasiswa diminta untuk memberikan jawaban berapa

Terapi Kognitif Efektif Atasi Masalah Psikologis

Gambar
Terapi kognitif banyak digunakan oleh psikolog dan penyedia layanan kesehatan mental lain untuk membantu pasien yang mengalami masalah psikologis. Jenis teknik yang digunakan akan tergantung pada rencana diagnosis, tingkat keparahan, dan jenis pengobatan. “Salah satu teknik yang paling menonjol adalah terapi kognitif perilaku ( cognitive behavior therapy ),” kata Martin Manosevitz, Ph.D., psikolog klinis di Aspen, Amerika Serikat, Selasa (8/5). Ia mengatakan, terapi kognitif telah digunakan pada pasien dengan ketergantungan, kecemasan, dan depresi. Banyak gangguan psikologis lainnya yang juga efektif menggunakan terapi kognitif ini. “Prinsip utama dari terapi kognitif adalah fokus pada kemampuan pasien untuk mengembangkan cara berpikir melalui cognitive styles ,” tambahnya. Menurut psikolog yang membuka praktek di Aspen ini, tujuan utama dari terapi perilaku kognitif adalah mengajarkan pada pasien bagaimana menerapkan pola pikir dan perilaku yang tepat, sehingg

Psikopat Memiliki Struktur Otak Yang Berbeda

Gambar
Para ilmuwan menemukan bahwa otak psikopat yang divonis sebagai pelaku pembunuhan, pemerkosaan dan tindak kekerasan terbukti memiliki struktur otak yang berbeda. Pernyataan ini merupakan hasil sebuah studi dari para peneliti di King’s College London’s Institute of Psychiatry.  Penelitian tersebut menunjukkan bahwa psikopat memiliki sedikit lapisan tipis yang disebut dengan cerebral cortex atau grey matter yang berwarna abu-abu pada otak mereka. Lapisan otak ini merupakan pusat sarat yang dapat mengendalikan perhatian, ingatan, pertimbangan, persepsi, kesadaran dan bahasa. Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh kantor berita Reuters, para peneliti mengatakan, area otak tersebut sangat penting bagi seseorang untuk memahami keinginan dan emosi orang lain. Cara untuk mengetahui perbedaan ini, peneliti menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI), sebuah alat pemindai otak yang dilakukan pada 44 laki-laki dewasa pelaku tindak kekerasan di Inggris.  Mereka ju

Perlunya Psikologi Positif di Tempat Kerja

Sudah pasti semua perusahaan ingin membangun karyawan mereka menjadi kreatif, cerdas, kolaboratif dan penuh motivasi bekerja. Namun, bagaimana bisa sebuah perusahaan yang cenderung mendorong ketidakseimbangan kehidupan dan kelelahan kerja menjadi lebih perhatian.  Berdasarkan prespektif ini, sudah saatnya perusahaan perlu beralih ke cabang psikologi yang berhubungan dengan pengembangan dan kekuatan individu, yaitu psikologi positif.  “Saya pikir setiap jenis tempat kerja, terlepas dari ukuran, bisa mendapatkan keuntungan secara signifikan dari kesejahteraan karyawan, dan memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan bahkan menjadi yang terbaik.” kata Orin C. Davis, Ph.D., peneliti dan konsultan di Quality of Life Laboratory, ketika dihubungi oleh Psikologi Zone (7/2). Hal ini menjadi penting untuk sejumlah alasan, termasuk fakta bahwa orang dewasa begitu banyak menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bekerja. Tempat kerja mereka pasti ak

Anak Perempuan Lebih Unggul Dalam Aritmetika

Gambar
Saat anak laki-laki banyak dibandingkan lebih baik dalam ilmu pengetahuan dan matematika dibandingkan perempuan, benarkah hal ini? Sebuah penelitian baru menemukan bahwa anak perempuan justru lebih baik dalam penguasaan arimetika. Studi ini diterbitkan dalam jurnal Psychological Science tahun 2012. Penelitian ini mengatakan bahwa kemampuan arimetika berasal dari baik buruknya kemampaun verbal. “Orang selalu berpikir bahwa anak laki-laki unggul dalam bidang matematika dan keterampilan spasial, sedangkan anak perempuan unggul dalam bahasa,” kata Xinlin Zhou dari Beijing Normal University, peneliti dalam studi ini, (23/2). Ia menambahkan, “Namun, beberapa orang tua dan guru di Cina mengatakan sebaliknya, anak perempuan justru lebih baik dalam kemampuan arimetika dari pada anak laki-laki di sekolah dasar.” Zhou dan rekan peneliti lainnya melakukan serangkaian tes pada anak usia 8 hingga 11 tahun di Beijing. Anak perempuan diketahui lebih unggul dalam bidang keteramp

RSBI, Ciptakan Isu Diskriminasi Pendidikan

Gambar
  Kebijakan pemerintah mengenai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) menuai banyak perdebatan. Sebagian kalangan menilai RSBI hanya akan membuat kesenjangan mutu dan layanan pendidikan, sedangkan pihak lain mengatakan sebaliknya. Pihak pemerintah sendiri masih bersikukuh tetap menyelenggarakannya. Melalui persidangan judicial review Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) di Mahkamah Agung, para saksi ahli mewakili pemerintah mengatakan, RSBI sama sekali tidak melawan norma kebangsaan dan menolak bila dikatakan diskriminatif dalam pendidikan. Dalam persidangan, Kepala SDN 01 Menteng, Jakarta Pusat, Achmad Solihin mengatakan, isu diskriminatif yang digulirkan pemohon sama sekali tidak benar. Berdasarkan pengalamannya, dalam proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) tidak pernah ada unsur membeda-bedakan calon siswa berdasarkan kelas ekonomi. “Diskriminatif dalam penerimaan siswa di sekolah RSBI itu isu tidak benar,” kata Achmad d